Makalah
kajian Firqoh Syiah
Diajukan
untuk memenuhi
tugas
presentasi pada mata kuliah ilmu kalam
Dosen pengampu : Drs.H.Amir Ghufron, M.Ag.
Disusun Kelompok 2 :
1. Ahmad Arif (211011)
2. Ahmad Baedlowi (211012)
3. Ahmad Nawawi (211014)
4. Ahmad Zen (211018)
5. Ahmad Saifuddin (211016)
FAKULTAS TARBIYAH 2A
Instutut Islam Nahdlatul
Ulama (INISNU) Jepara
Jalan Taman Siswa No. 09 Tahunan Jepara
Tahun Akademi 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pada dewasa ini aliran syiah merupakan salah stu aliran yang actual di
bicarakan dalam berbagai media, baik media elektronik maupun cetak. Aliran
syiah telah dikecam sebagai aliran yang sesat dan menyesatkan karena ajarnnya
yang dianggap telah melanggar kaidah dalam agama islam.
Telah nampak berbagai protes terhadap ajaran mereka salah satunya adalah
yang telah
terjadi di Bandung Senin, 23 April 2012-Hasil
akhir dari Musyawarah ‘Ulama dan Ummat Islam Indonesia ke-2 yang diprakarsai
Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) yang berlangsung di Masjid Al Fajr Kota
Bandung, menghasilkan keputusan:
Merekomendasikan kepada MUI Pusat agar mengeluarkan fatwa tentang kesesatan
faham Syi’ah,Meminta kepada Menkumham, Menag, dan Kejagung agar mencabut izin
seluruh organisasi, yayasan, atau lembaga yang berada dibawah naungan syi’ah
dan atau yang berfaham Syi’ah, Merekomendasikan kepada pemerintah melalui
Mendikbud agar menutup segala kegiatan Iranian Corner di seluruh
perguruan tinggi di Indonesia. Kemudian berkembang berit lagi Bandung Rabu, 02/05/2012 18:07 WIB - Sekretaris Majelis Ulama
Indonesia (MUI) Jabar Rafani Achyar mengakui pihaknya sulit memfatwakan aliran
Syiah sebagai aliran sesat. Hingga kini MUI terus mengkaji berbagai hal yang
ada dalam paham Syiah tersebut.Kemuan karena tiadak adanya keputusan pemerintah
yang kurang tegas di
Pasuruan
Rabu, 09/05/2012 19:28 WIB - 3 Spanduk sosialisasi
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur No.
Kep-01/SKF-MUI/JTM/I/2012 Tentang Kesesatan Ajaran Syiah, dipasang di wilayah
Bangil, Spanduk bertuliskan 'Alhamdulillah Fatwa MUI Jatim 2012 Menyatakan
Syiah Sesat dan Menyesatkan' dipasang oleh Jamaah Ahlussunah Wal Jama’ah
(Aswaja).
Terlepas dari insiden tersebut yang kerap kali tidak harmonis, Syi’ah
sebagai sebuah mazhab teologi menarik untuk dibahas. Diskursus mengenai Syi’ah
telah banyak dituangkan dalam berbagai kesempatan dan sarana. Tak terkecuali
dalam makalah kali ini. Dalam makalah ini kami akan membahas pengertian,
sejarah, tokoh, ajaran, sekte Syi’ah, dan pengaruhnya pada tahun 2012. Semoga
karya sederhana ini dapat memberikan gambaran yang utuh, obyektif, dan valid
mengenai Syi’ah, yang pada gilirannya dapat memperkaya wawasan kita sebagai
seorang muslim, serta terhindar dari aliran yang sesat.
- Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian syiah?
2.
Bagaimana sejarah terbentuknya fiqoh syiah?
3.
Siapa tokoh-tokoh dalam firqoh syiah?
4.
Mengapa syiah diaggap sebagai aliran yang menyesatkan?
5.
Kapan syiah diaggap sebagai aliran yang menyesatkan?
- Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui pengertian syiah dari berbagai aspek.
2.
Untuk mengetahui sejarah terbentuknua firqoh syiah.
2.
Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam firqoh syiah.
3.
Untuk mengetahui alasan, mengapa diaggap sebagai aliran
yang menyesatkan.
4.
Untuk mengetahui waktu, saat syiah dikecam sebagai
aliran yang sesat.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian
syiah
1.
Menurut Abdul Mun’eim al-Nemrdalam bukunya yang
berjudul Sejarah dan Dokumen-dokumen Syi’ah mengatakan bahwa kata Syi’ah menurut pengertian bahasa
secara umum berarti kekasih, penolong, pengikut, dan lain-lainnya, yang
mempunyai makna membela suatu ide atau membela seseorang, seperti kata hizb
(partai) dalam pengertian yang modern. Kata Syi’ah digunakan untuk menjuluki
sekelompok umat Islam yang mencintai ‘Ali bin Abi Thalib karramallâhu wajhah
secara khusus, dan sangat fanatik.[1]
2.
Menurut Sukamah Perkataan Syi’ah secara harfiah
berarti pengikut, partai, kelompok, atau dalam arti yang lebih umum
“pendukung”. Sedangkan secara khusus, perkataan “Syi’ah” mengandung
pengertian syî’atu ‘Aliyyîn, pengikut atau pendukung ‘Ali bin Abi
Thalib.[2]
3.
Syi’ah secara harfiah berarti kelompok atau
pengikut. Kata tersebut dimaksudkan untuk menunjuk para pengikut ‘Ali bin Abi
Thalib sebagai pemimpin pertama ahlulbait. Ketokohan ‘Ali bin Abi Thalib dalam
pandangan Syi’ah sejalan dengan isyarat-isyarat yang telah diberikan Nabi
Muhammad sendiri, ketika dia (Nabi Muhammad.) masih hidup.[3]
4.
Menurut
Teungku Muhammad Habsi Ash-Shiddieqy disebutkan dalam bukunya yang berjudul
Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhi atau Kalam bahwa syiah berarti pengikut
(pendukung paham). Dipakai kata ini untuk satu orang, dua orang atau banyak
orang, baik laki-laki maupun perempuan. Kemudian kata ini dipakai secara khusus
buat orang yang mengangkat Ali dan keluarganyalah yang berhak menjadi khalifah.[4]
5.
Kemudian lebih tegasnya lagi Muhammad Amin Suma dalam
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam Jilid 3 menegaskan Syi’ah adalah salah satu
aliran dalam Islam yang berkeyakinan bahwa yang paling berhak menjadi imam umat
Islam sepeninggal Nabi Muhammad saw ialah keluarga Nabi saw sendiri
(Ahlulbait). Dalam hal ini, ‘Abbas bin ‘Abdul Muththalib (paman Nabi saw) dan
‘Ali bin Abi Thalib (saudara sepupu sekaligus menantu Nabi saw) beserta
keturunannya.[5]
- Sejarah syiah
Sebagian yang lain menganggap Syi’ah lahir pada masa akhir kekhalifahan
‘Utsman bin ‘Affan atau pada masa awal kepemimpinan ‘Ali bin Abi Thalib.
Pendapat yang paling populer adalah bahwa Syi’ah lahir setelah gagalnya
perundingan antara pihak pasukan Khalifah ‘Ali dengan pihak pemberontak
Mu’awiyah bin Abu Sufyan di Shiffin, yang lazim disebut sebagai peristiwa tahkîm
atau arbitrasi.[6]
Pendirian kalangan Syi’ah bahwa ‘Ali bin Abi Thalib
adalah imam atau khalifah yang seharusnya berkuasa setelah wafatnya Nabi
Muhammad telah tumbuh sejak Nabi Muhammad masih hidup, dalam arti bahwa Nabi
Muhammad sendirilah yang menetapkannya. Dengan demikian, menurut Syi’ah, inti
dari ajaran Syi’ah itu sendiri telah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw.[7]
Namun demikian, terlepas dari semua pendapat tersebut, yang jelas adalah
bahwa Syi’ah baru muncul ke permukaan setelah dalam kemelut antara pasukan
Mu’awiyah terjadi pula kemelut antara sesama pasukan ‘Ali. Di antara pasukan
‘Ali pun terjadi pertentangan antara yang tetap setia dan yang membangkang.[8]
- Tokoh-tokoh Syi’ah
Dalam pertimbangan Syi’ah, selain terdapat tokoh-tokoh populer seperti
‘Ali bin Abi Thalib, Hasan bin ‘Ali, Husain bin ‘Ali, terdapat pula dua tokoh
Ahlulbait yang mempunyai pengaruh dan andil yang besar dalam pengembangan paham
Syi’ah, yaitu Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin dan Ja’far al-Shadiq.
Kedua tokoh ini dikenal sebagai orang-orang besar pada zamannya. Pemikiran
Ja’far al-Shadiq bahkan dianggap sebagai cikal bakal ilmu fiqh dan ushul fiqh,
karena keempat tokoh utama fiqh Islam, yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal, secara langsung atau tidak langsung pernah
menimba ilmu darinya. Oleh karena itu, tidak heran bila kemudian Syaikh Mahmud
Syaltut, mantan Rektor Universitas al-Azhar, Mesir, mengeluarkan fatwa yang
kontroversial di kalangan pengikut Sunnah (Ahlussunnah—pen.). Mahmud
Syaltut memfatwakan bolehnya setiap orang menganut fiqh Zaidi atau fiqh Ja’fari
Itsna ‘Asyariyah.[9]
Adapun Zaid bin ‘Ali bin Husain Zainal ‘Abidin terkenal ahli di bidang
tafsir dan fiqh. Pada usia yang relatif muda, Zaid bin ‘Ali telah dikenal
sebagai salah seorang tokoh Ahlulbait yang menonjol. Salah satu karya yang ia
hasilkan adalah kitab al-Majmû’ (Himpunan/Kumpulan) dalam bidang fiqh.
Juga karya lainnya mengenai tafsir, fiqh, imamah, dan haji.[10]
Selain dua tokoh
di atas, terdapat pula beberapa tokoh Syi’ah, di antaranya:
- Nashr bin Muhazim
- Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa al-Asy’ari
- Ahmad bin Abi ‘Abdillah al-Barqi
- Ibrahim bin Hilal al-Tsaqafi
- Muhammad bin Hasan bin Furukh al-Shaffar
- Muhammad bin Mas’ud al-‘Ayasyi al-Samarqandi
- Ali bin Babawaeh al-Qomi
- Syaikhul Masyayikh, Muhammad al-Kulaini
- Ibn ‘Aqil al-‘Ummani
- Muhammad bin Hamam al-Iskafi
- Muhammad bin ‘Umar al-Kasyi
- Ibn Qawlawaeh al-Qomi
- Ayatullah Ruhullah Khomeini
- Al-‘Allamah Sayyid Muhammad Husain al-Thabathaba’i
- Sayyid Husseyn Fadhlullah
- Murtadha Muthahhari
- ‘Ali Syari’ati
- Jalaluddin Rakhmat[11]
- Hasan Abu Ammar
- Ajaran-Ajaran
pokok Syiah
1.
Ahlulbait. Secara harfiah ahlulbait
berarti keluarga atau kerabat dekat. Dalam sejarah Islam, istilah itu secara
khusus dimaksudkan kepada keluarga atau kerabat Nabi Muhammad saw. Ada tiga bentuk
pengertian Ahlulbait. Pertama, mencakup istri-istri Nabi Muhammad saw dan
seluruh Bani Hasyim. Kedua, hanya Bani Hasyim. Ketiga, terbatas hanya pada Nabi
sendiri, ‘Ali, Fathimah, Hasan, Husain, dan imam-imam dari keturunan ‘Ali bin
Abi Thalib. Dalam Syi’ah bentuk terakhirlah yang lebih populer.
2.
Al-Badâ’. Dari segi bahasa, badâ’ berarti
tampak. Doktrin al-badâ’ adalah keyakinan bahwa Allah swt mampu mengubah
suatu peraturan atau keputusan yang telah ditetapkan-Nya dengan peraturan atau
keputusan baru. Menurut Syi’ah, perubahan keputusan Allah itu bukan karena
Allah baru mengetahui suatu maslahat, yang sebelumnya tidak diketahui oleh-Nya
(seperti yang sering dianggap oleh berbagai pihak). Dalam Syi’ah keyakinan
semacam ini termasuk kufur. Imam Ja’far al-Shadiq menyatakan, “Barangsiapa
yang mengatakan Allah swt baru mengetahui sesuatu yang tidak diketahui-Nya, dan
karenanya Ia menyesal, maka orang itu bagi kami telah kafir kepada Allah swt.”
Menurut Syi’ah, perubahan itu karena adanya maslahat tertentu yang menyebabkan
Allah swt memutuskan suatu perkara sesuai dengan situasi dan kondisi pada
zamannya. Misalnya, keputusan Allah mengganti Isma’il as dengan domba, padahal
sebelumnya Ia memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk menyembelih Isma’il as.
3.
Asyura. Asyura berasal dari kata ‘asyarah,
yang berarti sepuluh. Maksudnya adalah hari kesepuluh dalam bulan Muharram yang
diperingati kaum Syi’ah sebagai hari berkabung umum untuk memperingati wafatnya
Imam Husain bin ‘Ali dan keluarganya di tangan pasukan Yazid bin Mu’awiyah bin
Abu Sufyan pada tahun 61 H di Karbala, Irak. Pada upacara peringatan asyura
tersebut, selain mengenang perjuangan Husain bin ‘Ali dalam menegakkan
kebenaran, orang-orang Syi’ah juga membaca salawat bagi Nabi saw dan
keluarganya, mengutuk pelaku pembunuhan terhadap Husain dan keluarganya, serta
memperagakan berbagai aksi (seperti memukul-mukul dada dan mengusung-usung peti
mayat) sebagai lambang kesedihan terhadap wafatnya Husain bin ‘Ali. Di
Indonesia, upacara asyura juga dilakukan di berbagai daerah seperti di
Bengkulu dan Padang Pariaman, Sumatera Barat, dalam bentuk arak-arakan tabut.
4.
Imamah (kepemimpinan). Imamah adalah
keyakinan bahwa setelah Nabi saw wafat harus ada pemimpin-pemimpin Islam yang
melanjutkan misi atau risalah Nabi. Atau, dalam
pengertian Ali Syari’ati, adalah kepemimpinan progresif dan revolusioner yang
bertentangan dengan rezim-rezim politik lainnya guna membimbing manusia serta
membangun masyarakat di atas fondasi yang benar dan kuat, yang bakal
mengarahkan menuju kesadaran, pertumbuhan, dan kemandirian dalam mengambil
keputusan. Dalam Syi’ah, kepemimpinan itu mencakup
persoalan-persoalan keagamaan dan kemasyarakatan. Imam bagi mereka adalah
pemimpin agama sekaligus pemimpin masyarakat. Pada umumnya, dalam Syi’ah,
kecuali Syi’ah Zaidiyah, penentuan imam bukan berdasarkan kesepakatan atau
pilihan umat, tetapi berdasarkan wasiat atau penunjukan oleh imam sebelumnya
atau oleh Rasulullah langsung, yang lazim disebut nash.
5.
‘Ishmah. Dari segi bahasa, ‘ishmah adalah
bentuk mashdar dari kata ‘ashama yang berarti memelihara atau menjaga. ‘Ishmah
ialah kepercayaan bahwa para imam itu, termasuk Nabi Muhammad, telah dijamin
oleh Allah dari segala bentuk perbuatan salah atau lupa.
Ali Syari’ati mendefinisikan ‘ishmah sebagai prinsip yang menyatakan
bahwa pemimpin suatu komunitas atau masyarakat—yakni, orang yang memegang
kendali nasib di tangannya, orang yang diberi amanat kepemimpinan oleh orang
banyak—mestilah bebas dari kejahatan dan kelemahan.
6.
Mahdawiyah. Berasal dari kata mahdi, yang
berarti keyakinan akan datangnya seorang juru selamat pada akhir zaman yang akan
menyelamatkan kehidupan manusia di muka bumi ini. Juru selamat itu disebut Imam
Mahdi. Dalam Syi’ah, figur Imam Mahdi jelas sekali. Ia adalah salah seorang
dari imam-imam yang mereka yakini. Syi’ah Itsna ‘Asyariyah, misalnya, memiliki
keyakinan bahwa Muhammad bin Hasan al-Askari (Muhammad al-Muntazhar) adalah
Imam Mahdi. Di samping itu, Imam Mahdi ini diyakini masih hidup sampai
sekarang, hanya saja manusia biasa tidak dapat menjangkaunya, dan nanti di
akhir zaman ia akan muncul kembali dengan membawa keadilan bagi seluruh
masyarakat dunia.
7.
Marja’iyyah atau Wilâyah al-Faqîh. Kata marja’iyyah
berasal dari kata marja’ yang artinya tempat kembalinya sesuatu.
Sedangkan kata wilâyah al-faqîh terdiri dari dua kata: wilâyah
berarti kekuasaan atau kepemimpinan; dan faqîh berarti ahli fiqh atau
ahli hukum Islam. Wilâyah al-faqîh mempunyai arti kekuasaan atau
kepemimpinan para fuqaha.
8.
Raj’ah. Kata raj’ah berasal dari kata raja’a
yang artinya pulang atau kembali. Raj’ah adalah keyakinan akan
dihidupkannya kembali sejumlah hamba Allah swt yang paling saleh dan sejumlah
hamba Allah yang paling durhaka untuk membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah
swt di muka bumi, bersamaan dengan munculnya Imam Mahdi. Sementara Syaikh Abdul
Mun’eim al-Nemr mendefinisikan raj’ah sebagai
suatu prinsip atau akidah Syi’ah, yang maksudnya ialah bahwa sebagian
manusiaakan dihidupkan kembali setelah mati karena itulah kehendak dan hikmat
Allah, setelah itu dimatikan kembali. Kemudian di hari kebangkitan kembali
bersama makhluk lain seluruhnya. Tujuan dari prinsip Syi’ah seperti ini adalah
untuk memenuhi selera dan keinginan memerintah. Lalu kemudian untuk membalas
dendam kepada orang-orang yang merebut kepemimpinan ‘Ali.
9.
Taqiyah. Dari segi bahasa, taqiyah
berasal dari kata taqiya atau ittaqâ yang artinya takut. Taqiyah
adalah sikap berhati-hati demi menjaga keselamatan jiwa karena khawatir akan
bahaya yang dapat menimpa dirinya. Dalam kehati-hatian ini terkandung sikap
penyembunyian identitas dan ketidakterusterangan.Perilaku taqiyah ini
boleh dilakukan, bahkan hukumnya wajib dan merupakan salah satu dasar mazhab
Syi’ah.
10. Tawassul.
Adalah memohon sesuatu kepada Allah dengan menyebut pribadi atau kedudukan
seorang Nabi, imam atau bahkan seorang wali suaya doanya tersebut cepat
dikabulkan Allah swt. Dalam Syi’ah, tawassul merupakan salah satu
tradisi keagamaan yang sulit dipisahkan. Dapat dikatakan bahwa hampir setiap
doa mereka selalu terselip unsur tawassul, tetapi biasanya tawassul
dalam Syi’ah terbatas pada pribadi Nabi saw atau imam-imam dari Ahlulbait.
Dalam doa-doa mereka selalu dijumpai ungkapan-ungkapan seperti “Yâ Fâthimah
isyfa’î ‘indallâh” (wahai Fathimah, mohonkanlah syafaat bagiku kepada
Allah), dsb.
11. Tawallî
dan tabarrî. Kata tawallî berasal dari kata tawallâ fulânan yang
artinya mengangkat seseorang sebagai pemimpinnya. Adapun tabarrî berasal
dari kata tabarra’a ‘an fulân yang artinya melepaskan diri atau
menjauhkan diri dari seseorang. Kedua sikap ini dianut pemeluk-pemeluk Syi’ah
berdasarkan beberapa ayat dan hadis yang mereka pahami sebagai perintah untuk tawallî
kepada Ahlulbait dan tabarrî dari musuh-musuhnya. Misalnya, hadis Nabi
mengenai ‘Ali bin Abi Thalib yang berbunyi: “Barangsiapa yang menganggap aku
ini adalah pemimpinnya maka hendaklah ia menjadikan ‘Ali sebagai pemimpinnya.
Ya Allah belalah orang yang membela Ali, binasakanlah orang yang menghina ‘Ali
dan lindungilah orang yang melindungi ‘Ali.” (H.R. Ahmad bin Hanbal)[12]
- Sekte-sekte Syi’ah
Selain itu terdapat juga pendapat lain. Misalnya dari al-Syahrastani.
Beliau membagi Syi’ah ke dalam lima
kelompok, yaitu Kaisaniyah, Zaidiyah, Imamiyah, Ghulat (Syi’ah sesat), dan
Isma’iliyah.[13]Sedangkan
al-Asy’ari membagi Syi’ah menjadi tiga kelompok besar, yaitu: Syi’ah Ghaliyah,
yang terbagi lagi menjadi 15 kelompok; Syi’ah Imamiyah (Rafidhah), yang terbagi
menjadi 14 kelompok; dan Syi’ah Zaidiyah, yang terbagi menjadi 6 kelompok.[14]
Joesoef So’uyb dalam bukunya Pertumbuhan dan Perkembangan
Aliran-aliran Sekta Syi’ah membagi Syi’ah ke dalam beberapa sekte, yaitu
Sekte Imamiyah (yang kemudian pecah menjadi Imamiyyah Sittah dan Itsna
‘Asyariyah), Zaidiyah, Kaisaniyah, Isma’iliyah, Qaramithah, Hasyasyin, dan
Fathimiyah.[15]
Sementara itu, Abdul Mun’im al-Hafni dalam Ensiklopedia Golongan,
Kelompok, Aliran, Mazhab, Partai, dan Gerakan Islam, mengklasifikasikan
Syi’ah secara rinci sebagai berikut:
1.
Al-Ghaliyah: Bayaniyah, Janahiyah, Harbiyah,
Mughiriyah, Manshuriyah, Khithabiyah, Mu’ammariyah, Bazighiyah, ‘Umairiyah,
Mufadhaliyah, Hululiyah, Syar’iyah, Namiriyah, Saba’iyah, Mufawwidhah,
Dzamiyah, Gharabiyah, Hilmaniyah, Muqanna’iyah, Halajiyah, Isma’iliyah.
2.
Imamiyah: Qath’iyah, Kaisaniyah, Karbiyah, Rawandiyah,
Abu Muslimiyah, Rizamiyah, Harbiyah, Bailaqiyah, Mughiriyah, Husainiyah,
Kamiliyah, Muhammadiyah, Baqiriyah, Nawisiyah, Qaramithah, Mubarakiyah,
Syamithiyah, ‘Ammar Syamithiyah, ‘Ammariyah (Futhahiyah), Zirariyah (Taimiyah),
Waqifiyah (Mamthurah-Musa’iyah-Mufadhdhaliyah), ‘Udzairah, Musawiyah,
Hasyimiyah, Yunusiah, Setaniyah.
3.
Zaidiyah: Jarudiyah, Sulaimaniyah, Shalihiyah,
Batriyah, Na’imiyah, Ya’qubiyah.[16]
- Doktin-doktrin
syiah yang dianggap menyesatkan pada tahun 2012
Hasan Bishri, Lc. Pimpinan Klinik Ghoib Senen Jak-Pus mengatakan bahwa syiah merupakan
aliran yang sesat dan menyesatkan. Adapun doktrin-doktrin yang menyesatkan
tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama: Dunia dengan seluruh isinya adalah
milik para imam Syi’ah. Mereka akan memberikan dunia ini kepada siapa yang
dikehendaki dan mencabutnya dari siapa yang dikehendaki. (Kitab Ushulul
Kaafi, hal.259, Al-Kulaini).
Doktrin itu untuk menandingi firman
Allah SWT, “Sesungguhnya bumi adalah milik Allah, Dia dikaruniakan kepada siapa
yang Dia kehendaki”. (QS. Al-A’raf: 128). Mereka menyetarakan kekuasaan para
Imam Syi’ah dengan Allah, bukankah itu inti kesyirikan?
Kedua: Ali bin Abi Thalib mereka klaim
sebagai imam Syi’ah yang pertama dinyatakan sebagai dzat yang pertama dan
terakhir, yang dhahir dan yang bathin. (Kitab Rijalul Kashi: hal. 138). Mereka
menyamakan sifat Ali dengan sifat Allah seperti dalam surat Al-Hadid, ayat 3. Bukankan itu inti
kesyirikan dan kekufuran?
Ketiga: Para
Imam Syi’ah merupakan wajah Allah, mata Allah dan tangan-tangan Allah yang
membawa rahmat bagi para hamba Allah. (Kitab Ushulul Kaafi: hal. 83).
Keempat: Amirul Mukminin, Ali bin Abi
Thalib oleh Syi’ah dikatakan menjadi wakil Allah dalam menentukan surga dan
neraka, memperoleh sesuatu yang tidak diperoleh oleh manusia sebelumnya,
mengetahui yang baik dan yang buruk, mengetahui segala sesuatu secara rinci
yang pernah terjadi dahulu maupun yang ghaib. (Kitab Ushulul Kaafi: hal. 84).
Kelima: Keinginan para Imam Syi’ah adalah
keinginan Allah juga. (Kitab Ushulul Kaafi: hal. 278).
Keenam: Para
Imam Syi’ah mengetahui kapan datang ajalnya dan mereka sendiri yang menentukan
saat kematiannya, karena bila imam tidak mengetahui hal-hal semacam itu maka ia
tidak berhak menjadi imam. (Kitab Ushulul Kaafi: hal. 158).
Ketujuh: Para
Imam Syi’ah mengetahui apapun yang tersembunyi dan dapat mengetahui dan
menjawab apa saja bila kita bertanya kepada mereka, karena mereka mengetahui
hal ghaib sebagaimana yang Allah ketahui. (Kitab Ushulul Kaafi: hal. 193).
Kedelapan: Allah itu bersifat Bada’ (yaitu
baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi). Akan tetapi para Imam Syi’ah telah
mengetahui lebih dahulu hal yang belum terjadi. (Kitab Ushulul Kaafi: hal. 40).
Menurut Al-Kulaini (ulama besar
ahli hadits Syi’ah), Bahwa Allah tidak mengetahui bahwa Husein bin Ali akan
mati terbunuh. Menurut mereka Tuhan pada mulanya tidak tahu karena itu Tuhan
membuat ketetapan baru sesuai dengan kondisi yang ada. Akan tetapi Imam Syi’ah
telah mengetahui apa yang akan terjadi. Oleh sebab itu menurut doktrin Syi’ah
Allah bersifat bada’. (Kitab Ushulul Kaafi: hal. 232).
Kesembilan: Para
imam Syi’ah merupakan gudang ilmu Allah dan juga penerjemah ilmu Allah. Para imam Syi’ah bersifat Ma’sum (bersih dari kesalahan
dan tidak pernah lupa apalagi berbuat Dosa). Allah menyuruh manusia untuk
mentaati Imam Syi’ah, tidak boleh mengingkarinya dan mereka menjadi hujjah
(Argument Kebenaran). (Kitab Ushulul Kaafi: hal. 165).
Kesepuluh: Para
imam Syi’ah sama dengan Rasulullah Saw (Kitab Ushulul Kaafi: hal. 165). Yang
mereka maksud para Imam Syi’ah adalah Ali bin Abi Thalib, Husein bin Ali, Ali
bin Husein, Hassan bin Ali dan Muhammad bin Ali. (Kitab Ushulul Kaafi: hal.
109).
Kesebelas: Al-Qur’an yang ada sekarang telah
berubah, dikurangi dan ditambah (Kitab Ushulul Kaafi: hal. 670). Salah satu
contoh ayat Al-Qur’an yang dikurangi dari aslinya (versi mereka, red.) yaitu
ayat Al-Qur’an An-Nisa’: 47, menurut versi Syi’ah berbunyi: “Ya
ayyuhalladziina uutul kitaaba aaminuu bimaa nazzalnaa fie ‘Aliyyin nuuron
mubiinan”. (Kitab Fashlul Khitab: hal. 180). Menurut Syi’ah, Al-Qur’an yang
dibawa Jibril kepada Nabi Muhammad ada 17 ribu ayat, namun yang tersisa
sekarang hanya 6660 ayat. (Kitab Ushulul Kaafi: hal. 671).
Keduabelas: Menyatakan bahwa Abu Bakar, Umar,
Utsman bin Affan, Muawiyah, Aisyah, Hafshah, Hindun, dan Ummul Hakam adalah
makhluk yang paling jelek di muka bumi, mereka ini adalah musuh-musuh Allah.
Siapa yang tidak memusuhi mereka, maka tidaklah sempurna imannya kepada Allah,
Rasul-Nya dan Imam-Imam Syi’ah. (Kitab Haqqul Yaqin: hal. 519, oleh Muhammad
Baqir Al-Majlisi).
Ketigabelas: Menghalalkan nikah Mut’ah, bahkan
menurut doktrin Syi’ah orang yang melakukan kawin mut’ah 4 kali derajatnya
lebih tinggi dari Nabi Muhammad Saw. (Kitab Tafsir Minhajush Shadiqin, hal.
356, oleh Mullah Fathullah Kassani).
Keempatbelas: Menghalalkan saling tukar-menukar
budak perempuan untuk disetubuhi kepada sesama temannya. Kata mereka, Imam
Ja’far berkata kepada temannya: “Wahai Muhammad, kumpulilah budakku ini sesuka
hatimu. Jika engkau sudah tidak suka kembalikan lagi kepadaku.” (Kitab
Al-Istibshar III: hal. 136, oleh Abu Ja’far Muhammad Hasan At-Thusi).
Kelimabelas: Rasulullah dan para sahabat akan
dibangkitkan sebelum hari kiamat. Imam Mahdi sebelum hari kiamat akan datang
dan dia membongkar kuburan Abu Bakar dan Umar yang ada didekat kuburan
Rasulullah. Setelah dihidupkan maka kedua orang ini akan disalib (Kitab Haqqul
Yaqin, hal. 360, oleh Mullah Muhammad Baqir al-Majlisi).
Semua kitab tersebut di atas adalah
kitab-kitab induk atau rujukan pokok kaum Syi’ah yang posisinya seperti halnya
kitab-kitab hadits Imam Bukhari, Muslim, Ahmad bin Hambal, Nasa’i, Tirmidzi,
Abu Daud, dan Ibnu Majah bagi kaum Muslimin. Oleh karena itu, upaya-upaya
Syi’ah untuk menanamkan kesan bahwa Syi’ah adalah bagian dari kaum Muslimin,
hanya berbeda dalam beberapa hal yang tidak prinsip, adalah dusta dan harus
ditolak tegas
Adakah orang masih percaya bahwa
Syi’ah itu bagian dari umat Islam? Atau Anda masih ragu bahwa ajaran Syi’ah itu
sesat menyesatkan? Menurut Imam Malik dan Imam Ahmad, barangsiapa yang tidak
MENGKAFIRKAN aqidah Syi’ah ini, maka dia termasuk Kafir.(dari berbagai sumber).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas
berbagai hal berkenaan dengan kajian syiah, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.
Syi’ah adalah salah satu aliran dalam Islam yang
berkeyakinan bahwa yang paling berhak menjadi imam umat Islam sepeninggal Nabi
Muhammad saw ialah keluarga Nabi saw sendiri (Ahlulbait). Dalam hal ini, ‘Abbas
bin ‘Abdul Muththalib (paman Nabi saw) dan ‘Ali bin Abi Thalib (saudara sepupu
sekaligus menantu Nabi saw) beserta keturunannya.
2.
Syi’ah baru muncul ke permukaan setelah dalam kemelut
antara pasukan Mu’awiyah terjadi pula kemelut antara sesama pasukan ‘Ali. Di
antara pasukan ‘Ali pun terjadi pertentangan antara yang tetap setia dan yang
membangkang.
3.
Adapun tokoh-tokoh syiah adalah Nashr bin Muhazim,
Ahmad bin Muhammad bin ‘Isa al-Asy’ari, Ahmad bin Abi ‘Abdillah al-Barqi,
Ibrahim bin Hilal al-Tsaqafi , Muhammad bin Hasan bin Furukh al-Shaffar,
Muhammad bin Mas’ud al-‘Ayasyi al-Samarqandi, Ali bin Babawaeh al-Qomi,
Syaikhul Masyayikh, Muhammad al-Kulaini, Ibn ‘Aqil al-‘Ummani, Muhammad bin Hamam al-Iskafi,
Muhammad bin ‘Umar al-Kasyi, Ibn Qawlawaeh al-Qomi, Ayatullah Ruhullah
Khomeini, Al-‘Allamah Sayyid Muhammad Husain al-Thabathaba’I,Sayyid Husseyn
Fadhlullah, Murtadha Muthahhari ,
‘Ali Syari’ati , Jalaluddin Rakhmat,Hasan Abu Ammar.
4.
Ajaran syiah adalah antara lain ahlul bait, Ahlulbait,
Al-Badâ’, Asyura,Imamah, Ishmah, Mahdawiyah, Marja’iyyah,Raj’ah,
Taqiyah, Tawassul, Tawallî dan tabarrî.
B. Penutup
Demikianlah yang dapat kami
paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap pembaca yang
budiman sudih memberikan kritik dan saran yang membengun kepada penulis demi
sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan
berikutnya. Semoga makalah ini
berguna dan bermanfaat bagi penulis juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Aceh, Abubakar. Perbandingan Mazhab Syi’ah: Rasionalisme
dalam Islam. Solo: Ramadhani, t.t.
Al-Hafni, Abdul Mun’im. Ensiklopedia Golongan, Kelompok,
Aliran, Mazhab, Partai, dan Gerakan Islam, terj. Muchtarom. Jakarta : Grafindo Khazanah
Ilmu, 2006, cet. ke-1.
Al-Nemr, Abdul Mun’eim. Sejarah dan Dokumen-dokumen Syi’ah.
T.tp.: Yayasan Alumni Timur Tengah, 1988.
Sou’yb, Joesoef. Pertumbuhan dan Perkembangan
Aliran-aliran Sekta Syi’ah. Jakarta :
Pustaka Alhusna, 1982, cet. ke-1.
Syari’ati, Ali. Islam Mazhab Pemikiran dan Aksi, terj.
M.S. Nasrulloh dan Afif Muhammad. Bandung :
Mizan Pustaka, 1995, cet. ke-2.
Syirazi, Nashir Makarim. Inilah Aqidah Syi’ah, terj.
Umar Shahab. Jakarta :
Penerbit Al-Huda, 1423 H, cet. ke-2.
Ash-Shiddieqy,
Teungku Muhammad. Sejarah dan Pengantar
Ilmu Tauhid atau Kalam.Semarang: Pustaka Rizki Putra.2009.
[1]
Abdul Mun’eim al-Nemr, Sejarah dan Dokumen-dokumen Syi’ah (T.tp.:
Yayasan Alumni Timur Tengah, 1988), hlm. 34-35.
[2] Soekama Karya, dkk., Ensiklopedi Mini
Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996), cet. ke-1,
hlm. 125.
[3] Tim
Penulis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ensiklopedi Islam Indonesia
(Jakarta: Djambatan, 1992), hlm. 904.
[4] Teungku Muhammad Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Tauhid atau Kalam,
(Semarang: Pustaka Rizki Putra,2009), hlm.109.
[5]
Muhammad Amin Suma, dalam Taufik Abdullah, ed., Ensiklopedi Tematis Dunia
Islam Jilid 3 (Jakarta :
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003), cet. ke-3, hlm. 343.
[6] Joesoef
Sou’yb, Pertumbuhan dan Perkembangan Aliran-aliran Sekta Syi’ah
(Jakarta: Pustaka Alhusna, 1982), cet. ke-1, hlm. 11.
[7] Abubakar
Aceh, Perbandingan Mazhab Syi’ah: Rasionalisme dalam Islam (Solo:
Ramadhani, t.t.), hlm. 17-21
[8] Dewan
Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid 5 (Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1997), cet. ke-4, hlm. 5.
[9] Ibid, hlm.13-15.
[10] Ibid,
hlm. 15.
[11]
Beliau adalah salah seorang tokoh Ahlulbait/Syi’ah Indonesia. Karya tulisnya
dalam bidang keislaman antara lain Islam Alternatif (1988), Membuka
Tirai Kegaiban: Renungan-renungan Sufistik (1995), Rintihan Suci Ahli
Bait Nabi (1997), Catatan Kang Jalal (1998), Islam Aktual
(1998), dan Islam dan Pluralisme (2006). Pakar komunikasi yang juga
pengasuh SMA Plus Muthahhari, Bandung , ini
adalah Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (Ijabi). Periode
2004-2008. Ijabi sendiri adalah organisasi kemasyarakatan yang berbasiskan pada
kaum Ahlulbait/Syi’ah Indonesia
[12] Ali
Syari’ati, Islam Mazhab Pemikiran dan Aksi, terj. M.S. Nasrulloh dan
Afif Muhammad (Bandung: Mizan Pustaka, 1995), cet. ke-2, hlm. 65.
[13] Abdul
Mun’im al-Hafni, Ensiklopedi Golongan, Kelompok, Aliran, Mazhab, Partai, dan
Gerakan Islam, terj. Muchtarom (Jakarta :
Grafindo Khazanah Ilmu, 2006), cet. ke-1, hlm. 572.
[14] Al-Hafni, Ensiklopedia Gerakan
Islam, terj,Jakarta :
Grafindo Khazanah Ilmu, 2006hlm. 572
[15] Sou’yb Joesoef,Pertumbuhan Sekta
Syi’ah, (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1982),hlm. 21.
numpang copy paste yah buat presentase diskusi besok, gan/sis
BalasHapus