Minggu, 08 Juli 2012

makalah MSI Pengertian dan Ruang Lingkup MSI


REVISI
MAKALAH
Pengertian dan Ruang Lingkup Metodologi Studi Islam
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah metodologi studi islam
Dosen pengampu : Drs.Achmad Slamet, M.Si.





Disusun Kelompok 1 :
1. Ahmad Baedlowi (211012)
2. Aan Andika Rohman (21102)
3. Alfa Setriyawati (211019)
 

FAKULTAS TARBIYAH 2A
Instutut Islam Nahdlatul Ulama (INISNU) Jepara
Jalan Taman Siswa No. 09 Tahunan Jepara
Tahun Akademi 2011/2012

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Tabaroka Wataala atas segala limpahan rahmat, taufik, serta inayah-Nya sehingga makalah kami dapat diselesaikan tepat waktu dengan hasil yang insyaAllah semaksimal mungkin.
Salawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW yang telah membawa ajaran kebenaran yang menerangi hati kita dengan nur ilahi, dan semoga kita mendapatkan safaatnya di yaumul kuyamah kelak amiin.
            Kami mengangkat makalah ini dengan judul “Pengertian dan Ruang Lingkup Metodologi Studi Islam” dalam rangka menyelesaikan tugas pada mata kuliah metodologi studi islam.
            Kami mengucapakan banyak terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah metodologi studi islam beliau Bapak Drs. Achmad Slamet, M.Si. yang telah membimbing kami agar selalu berada pada jalan yang lurus. Terima kasih kami sapaikan pula kepada orang tua kami yang selalu memberi dukungan dan doa demi kelancaran studi kami. Tidak lupa kami sampaikan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah bersusah payah bekerja sama dalam pembuatan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan lebih maksimal.
            Kami menyadari bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna  termasuk makalah kami ini, untuk itu kami membutuhkan segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kebaikan bersama yaitu kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.
                                                                                               
Jepara, 25 Juni 2012                                                    Penyusun
                                                                                                                                                                                                                                             (Kelompok 1)

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL………………………………………………………..    i
KATA PENGANTAR.......................................................................................    ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................   iii
BAB I  PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah..........................................................................   1
  2. Rumusan Masalah....................................................................................   2
  3. Tujuan Masalah........................................................................................    2
  4. Manfaat Penelitian………………………………………………………   3

BAB II LANDASAN TEORI
  1. Pengertian Secara Etimologi…………………………………………….   4
  2. Pengertian Secara Terminologi………………………………………….   5
BAB III ANALISIS
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP METODOLOGI STUDI ISLAM
  1. Tinjauan Makna Metode dan Metodologi…………….………………...     7
  2. Ruang Lingkup Studi Islam…………………………………………….    8
  3. Urgensi Mempelajari Metodologi Studi Islam…………………………   10
  4. Aspek-Aspek Metodologi Studi Islam…………………………………………              12
BAB III PENUTUP
A.    Simpulan…………………………………………………………………  13
B.     Saran….....................................................................................................   13
C.     Penutup.....................................................................................................   14

DAFATAR PUSTAKA.......................................................................................  15


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Metodologi Studi Islam merupakan sebuah mata kuliah yang berupaya mengkaji Islam dengan wilayah tentang materi ajaran agama dan fenomena yang terjadi pada agama Islam. Studi-studi agama dewasa ini mengalami perubahan orientasi yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan kajian-kajian agama sebelum abad ke-19. Umumnya pengkajian agama sebelum abad ke-19 memiliki beberapa karakteristik yang antara lain, sinkritisme, penemuan arca baru, dan untuk kepentingan misionari dipicu oleh semangat dan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga orientasi dan metodologi studi Islam mengalami perubahan.
Adapun studi Islam sendiri merupakan ilmu keislaman mendasar. Dengan studi ini, pemeluknya mengetahui dan menetapkan ukuran ilmu, iman dan amal perbuatan kepada Allah SWT. Diketahui pula bahwa Islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi yaitu mulai dari dimensi keimanan, akal fikiran, politik ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi lingkungan hidup, dan masih banyak lagi yang lainnya. Untuk memahami berbagai dimensi ajaran Islam tersebut jelas memerlukan berbagai pendekatan yang digali dari berbagai disiplin ilmu. Selama ini Islam banyak dipahami dari segi teologis dan normative.
Studi Islam (Islamic Studi) adalah salah satu studi yang mendapat perhatian di kalangan ilmuan. Jika ditelusuri secara mendalam, nampak bahwa studi Islam mulai banyak dikaji oleh para peminat studi agama dan studi-studi lainnya. Dengan demikian, studi Islam layak untuk dijadikan sebagai salah satu cabang ilmu favorit. Artinya, studi Islam telah mandapat tempat dalam percaturan dunia ilmu pengetahuan.
Dalam studi tersebut, salah satu persoalan yang mendesak untuk segera dipecahkan adalah masalah metodologi. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, kelemahan dikalangan umat Islam dalam mengkaji Islam secara komprehensif adalah tidak menguasai metodologi.[1] Kelemahan ini semakin terasa manakala umat Islam, khususnya di Indonesia, tidak menjadi produsen pemikiran akan tetapi konsumen pemikiran.[2] Jadi kelemahan umat Islam bukan terletak pada kurangnya penguasaan materi namun pada cara-cara penyajian terhadap materi yang dikuasai. Kedua, ada anggapan bahwa studi Islam di kalangan ilmuan telah merambat ke berbagai wilayah. Misalnya, studi Islam sudah masuk ke studi kawasan, filologi dialog agama, antropologi, arkeologi, dan sebagainya.[3] Karenanya, metode atau pendekatan yang layak adalah salah satu keharusan yang mesti dikuasai oleh peneliti studi Islam. Sebab itulah metodologi studi Islam harus dikuasai secara keseluruhan, bukan memahami dan menguasai secara setengah-setengah terutama pada ruang lingkup yang ada pada kajian studi Islam itu sendiri.
Pada makalah ini kami akan memberikan sajian tentang maksud, ruang lingkup, dan segala sesuatu yang ada relasinya dengan metodologi studi Islam sebagai pengantar menuju kajian Islam secara komprehensif.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah arti dan ruang lingkup metodologi studi Islam?
2.      Bagaimanakah urgensi mempelajari metodologi studi Islam?
3.      Apa saja aspek-aspek sasaran studi Islam?
C.    Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui arti dan lingkup studi Islam.
2.      Untuk mengetahui urgensi mempelajari metodologi studi Islam.
3.      Untuk mengetahui aspek-aspek sasaran studi Islam.



D.    Manfaat Penelitian
1.     Manfaat secara teoritis

1.1.   Bagi penulis, berharap dengan makalah ini akan mampu menambah wawasan, serta lebih mengerti dan memahami teori-teori tentang maksud dan ruang lingkup metodologi studi Islam.

1.2.   Bagi jurusan PAI, makalah ini dapat memberian sumbangan pemikiran bagi studi Islam.


2.      Manfaat secara praktis
2.1. Dengan mempelajari, memahami, mehayati, sampai kepada pengimplementasian kandungan tentang pengertian metodologi studi islam maka akan memberikan wawasan yang lebih longgar dan luas, dengan piranti tersebut mendorong kepada kita agar selalu berada diatas kebenaran islam.
2.2. Bagi pembaca, makalah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepustakaan yang merupakan informasi tambahan yang berguna bagi pembaca dan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak yang yang mempunyai permasalahan-permasalahan yang sama.









BAB II
LANDASAN TEORI
A.   Pengertian secara Etimologi
       Judul penulisan makalah ini adalah “pengertian dan ruang lingkup metodologi studi Islam”. Agar tidak terjadi kesalahfahaman dalam memberikan interprestasi terhadap judul tersebut, maka penulis akanmempertegas beberapa istilah yang terkandung di dalamnya yaitu:
1.     Pengertian
             Secara etimologi Pengertian adalah derivasi kata arti; yang artinya makna, maksud, mengerti, sudah tahu akan maknanya, menerangkan makna. Setelah kata arti mendapat awalan pe- dan akhiran –an maka kata arti berubah menjadi pengertian yang artinya pemahaman,maksud yang terkandung.[4]
2.     Ruang lingkup
       Ruang lingkup secara etimologi berasal dari bahasa inggris yaitu scope yang artinya bidang, jangkauan, kesempatan, keluasan.[5]
3.     Metodologi
         Metodologi merupakan suatu gabungan dari kata method dan logos. Method secara etimolgi berasal dari bahasa Yunani yaitu meta yang berarti melalui, menuju, mengikuti dan hodos yang berarti jalan atau cara. Jadi method adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai sesuatu. Kemudian Logos secara etimologi merupakan bentuk kata dari bahasa Yunani yang mengandung arti studi tentang atau teori tentang.
          Setelah metode dengan logos  digabung menjadi satu kesatuan berubah           menjadi kata metodologi yang secara etimologi mengandung arti ilmu yang        digunakan untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan dengan cara tertentu.
  1. Studi
          Studi secara etimologi berasal dari bahasa inggris yaitu study, yangmana dalam mengambil kata serapannya ke dalam Indonesia melalui proses adopsi (menyesuaikan ejaan unsur bahasa) yaitu study menjadi studi dan mengandung arti mempelajari atau mengkaji.[6]
5.     Islam
          Islam secara etimologi berasal dari bahasa Arab aslama yang berarti      menyerahkan diri, tunduk, patuh.[7]
B.     Pengertian secara Terminologi
1.      Pengertian
       Pengertian secara terminologi berarti gambaran atau pengetahuan tentang sesuatu di dalam pikiran atau kesanggupan intelejensi untuk menangkap makna suatu situasi atau perbuatan.[8]
2.      Ruang lingkup
       Ruang lingkup secara terminologi adalah bagian variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitin. Penggambaran ruang lingkup dapat kita nilai dari karakteristik responden perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif.
3.      Metodologi
       Metodologi secara terminologi adalah ilmu/ cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan cara tertentu dalam menemukan kebenaran.
       Menurut Ahmad Tafsir metodologi adalah cara yang paling cepat dan tepat dalam melakukan sesuatu. Dalam hal ini ilmu tentang cara studi Islam, Abraham Kaflan yang dikutip Abu Sodikin, menjelaskan bahwa metodologi adalah pengkajian dengan penggambaran (deskripsi), penjelasan (eksolanasi), dan kebenaran (justifikasi).
4.      Studi
       Studi secara terminologi adalah suatu aktivitas, dimana terdapat sebuah proses dari yang tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti jadi mengerti, tidak bias menjadi bias untuk mencapai hasil yang optimal.
5.      Islam
       Islam secara termonologi adalah mengandung tiga dimensi dasar yang saling berkaitan yaitu iman, Islam, dan ikhsan, dengan pengertian bahwa seorang menyerahkan diri sebagai seorang hamba dan dia harus mematuhi trilogy tersebut.
       Menurut para ahli Islam memiliki beberapa pengertian yaitu:
       Gorge Sarton mengatakan bahwa Islam adalah tataran agama yang paling indah.
       Umar bin Khatab mengatakan Islam adalah agama yang diturunkan kepada Muhammad SAW; agama ini meliputi : aqidah, syariah, dan akhlak.
       Abu Said Al- Hasan Al-Bashri mengatakan bahwa Islam adalah kepasrahan hati anda kepada Allah, lalu setiap orang mslim merasa selamat dari gangguan anda.
       Muhammad bin Ibrahim bin At-Tawairjiri lebih mempertegas lagi bahwa Islam adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah dengan mengesakan-Nya dan melaksanakan syariat-Nya denga penuh ketaatan atau melepaskan dari kesyirikan.[9]
Dari berbagai pengertian-pengertian di atas, untuk itu penulis ingin memberikan ilustrasi arti dari judul makalah yang belum singkron ini. Menurut penulis bahwa “ pengertian dan ruang lingkup metodologi studi Islam” adalah suatu bentuk gambaran dan variabel-variabel mengenai cara ataupun prosedur yang harus ditempuh untuk memperoleh kebenaran yang hakiki secara ilmiah, cepat, dan tepat dalam mempelajari Islam secara luas dalam berbagai aspeknya, baik dari segi sumber ajaran, pemahaman terhadap sumber ajaran, pokok-pokok ajaran maupun sejarahnya mulai awal sampai perkembangan kemudian. 
BAB III
ANALISIS
METODOLOGI STUDI ISLAM DAN  RUANG LINGKUP STUDI ISLAM
A.    Tinjauan Makna Metode dan Metodologi
Menurut Rothwell dan Kazanas metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.
Menurut Wiradi metide adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis).
Menurut Drs. Agus M.Hardjanametode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Menurut Jacques Waardenburg dalam bukunya yang berjudul Islamic Studies dikatakan bahwa studi Islam adalah kajian tentang agama Islam dan aspek-aspek dari  kebudayaan dalam masyarakat muslim.
Menurut Sayyed Hossen Nasr mengatakan dalam bukunya yang berjudul Islamic Studies: Essays on Law and Siciety, the Science, and Philosophy and Sufism: “Islam bukan hanya sekedar sebuah agama dalampengertian yang biasa, tetapi uga sebuah kerangka social polotik, pandangan hidup dan pandangan keduniaan, yang mencakup semua aspek fisik, mental, dan spiritual manusia. Islam lebih jauh lagi merupakan sebuah tradisi yang walaupun esensinya bersifat tunggal, meliputi berbagai pengertian dan derajat pelaksanaan”.[10]
Berdasarkan paparan diatas sebenarnya pada dasarnya Islamic studies adalah tradisi kajian Islam yang dikembangkan atas dasar kecenderungan ilmiah modern ala barat, khususnya dalam lapangan ilmu social dan kemanusiaan.
Metode secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu yaitu meta dan hodos,. Meta berarti menuju, melalui, dan mengikuti. Hodos berarti jalan atau cara. Maka metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai sesuatu. Secara terminologi Metode merupakan langkah-langkah praktis dan sistematis yang ada dalam ilmu-ilmu tertentu yang sudah dipertanyakan lagi karena sudah bersifat aplikatif. Metode dalam suatu ilmu dianggap sudah bisa mengantarkan seseorang mencapai kebenaran dalam ilmu tersebut. Oleh karena itu, ia sudah tidak diperdebatkan lagi karena sudah disepakati oleh komunitas ilmuwan dalam bidang ilmu tersebut.
Ketika metode digabungkan dengan kata logos menjadi metodologi . Logos berarti “studi tentang” atau “teori tentang”. Secara terminologi metodologi berarti ilmu-ilmu/ cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran. Oleh karena itu, metodologi tidak lagi sekedar kumpulan cara yang sudah diterima (well received) tetapi berupa kajian tentang metode. Dalam metodologi dibicarakan kajian tentang cara kerja ilmu pengetahuan. Pendek kata, bila dalam metode tidak ada perdebatan, refleksi dan kajian atas cara kerja ilmu pengetahuan, sebaliknya dalam metodologi terbuka luas untuk mengkaji, mendebat, dan merefleksi cara kerja suatu ilmu. Maka dari itu, metodologi menjadi bagian dari sistematika filsafat, sedangkan metode tidak.[11]
Terkait dengan studi Islam kedua kata tersebut sama benarnya. Istilah metodologi studi Islam digunakan ketika seseorang ingin membahas kajian-kajian seputar ragam metode yang bisa digunakan dalam studi Islam. Sebut saja misalnya kajian atas metode normative, historis, filosofis, sosiologis, komparatif dan lain sebagainya. Metodologi studi Islam mengenalkan metode-metode itu sebatas teoritis. Seseorang yang mempelajarinya juga belum menggunakannya dalam praktik. Ia masih dalam tahap mempelajari secara teoritis bukan praktis.
Berbeda dengan metodologi studi Islam, istilah metode studi Islam ketika seseorang telah menetapkan sebuah metode dan akan menggunakannya secara konsisten dalam kajian keIslamannya.
B.     Ruang Lingkup Studi Islam
      Dirosah Islamiyyah atau studi keIslaman (dibarat dikenal dengan istilah Islamic studies), secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam.[12]
Dengan perkataan ini “usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam baik berhubungan dengan ajaran, sejarah, maupun praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari sepanjang sejarahnya.”
Term (istilah) studi Islam (Islamic studies: bahasa inggris; atau dirosah al Islamiyyah: bahasa arab) dapat diartikan dengan kajian Islam.[13]
Kalimat ini mengandung arti memahami, mempelajari, atau meniliti Islam sebagai obyek kajian. Dalam buku-buku dan jurnal-jurnal keIslaman biasanya dipergunakan term studi Islam untuk mengungkap beberapa maksud.
Pertama, Studi Islam yang dikonotasikan dengan aktivitas-aktivitas dan program-program pengkajian dan penelitian terhadap agama sebagai obyeknya, seperti pengkajian tentang konsep zakat profesi. Kedua, studi Islam dikonotasikan dengan materi, subyek, bidang, dan kurikulum suatu kajian atas Islam seperti ilmu-ilmu agama Islam. Ketiga, studi Islam yang dikonotasikan dengan institusi-instituisi pengkajian Islam baik formal seperti perguruan tinggi, maupun yang non formal seperti forum-forum kajian dan halaqoh-halaqoh.
            Agama sebagai obyek studi minimal dapat dilihat dari tiga sisi:[14]
a.       Sebagai doktrin dari tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolute, dan diterima apa adanya.
b.      Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
c.       Sebagai interaksi sosial, yaitu realitas umat Islam.
Bila Islam dilihat dari tiga sisi, maka ruang lingkup studi Islam dapat dibatasi pada tiga sisi tersebut. Oleh karena sisi doktrin merupakan suatu kenyakinan atas kebenaran teks wahyu, maka hal ini tidak memerlukan penelitian didalamnya.
C.    Urgensi Mempelajari Metodologi Studi Islam
Seiring berkembangnya zaman, mempelajari metodologi studi Islam diharapkan dapat mengarahkan kita untuk untuk mengadakan usaha-usaha pembaharuan dalam pemikiran aiaran-ajaran Islam yang merupakan warisan doktriner yang dianggap sudah mapan dan sudah mandek serta ketinggalan zaman tersebut, agar mampu beradaptasi serta menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan modernisasi dunia dengan tetap berpegang terhadap sunber agama Islam yang asli, yaitu al-qur’an dan as-sunnah. Mempelejari metodologi studi Islam juga diharapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan hidup bagi umat Islam agar tetap menjadi muslim yang sejati yang mampu menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era-globalisasi sekarang ini.[15]
Disamping itu, metodologi studi islsm merupakan solusi agar Islam tidak mudah disalah pahami oleh outsider (non muslim). salah satu penyebab seiringnya Islam disalah pahami barat karena mereka tidak memiliki instrument secara ilmiah bisa dibenarkan tidak hanya insider (muslim) tetapi juga oleh outsider. Bila insider tidak merumuskan pemahaman yang bisa dimengerti oleh outsider akan terus berlangsung seperti yang dialami oleh Salman Rushdie, Kurt Wester, Goard dan Geertz Wilder yang menghebohkan itu.[16]
Urgensi studi islasm yang demikian dapat dipahami dan diuraikan sebagai berikut:
1.      Umat Islam saat ini pada kondisi yang problematis
Saat ini umat Islam masih berada dalam posisi pinggiran (marginal) dan lemah dalam segala bidang kehidupan sosial budaya. Dalam kondisi ini, umat Islam harus bisa melakukan gerakan pemikiran yang dapat menghasilkan konsep pemikiran yang cemerlang dan oprasional untuk mengantisipasi perkembangan dan kemajuan tersebut.
Dalam posisi problematis itui, jika mereka hanya berpegang pada ajaran ajaran Islam hasil penafsirsn ulama terdahulu yang merupakan warisan doktriner turun-temurun dan dianggapnya sebagai ajaran, maka berarti mereka mengalami kemandegan intelektual yang pada gilirannya akan menghadapi masa depan yang suram. Disisi lain, jika mereka melakukan usaha pembaharuan dan pemikiran kembali secara kritis dan rasional terhadap ajaran-ajaran Islam, maka akan dituduh sebagai umat yang meninggalkan atau tidak setia lagi terhadap ajaran Islam yang dianggapnya sudah matang dan sempurna.
Melalui pendekatan yang rasional-objektif, studi Islam diharapkan memberikan alternatif pemecahan masalah atau jalan keluar dari kondisi yang problematis tersebut.
2.      Umat manusia dan peradabannya berada dalam suasana problematis tersebut.
Pesatnya perkembangan dan imu pengetahuan dan teknologi modern telah membuka era baru dalam perkembangan budaya dan peradaban umat manusia, yang dikenal dengan era globalisasi. Pada era ini ditandai dengan semakin dekatnya jarak hubungan komunikasi antar bangsa dan budaya umat manusia. Pada suasana semacam ini tentuny aumat manusia membutuhkan adanya aturan-aturan, nilai-nilai dan norma-norma serta pedoman dan pandangan hidup yang universal dan diakui atau diterima oleh semua bangsa. Masalahnya adalah “dari mana sumber aturan ini dan norma serta pedoman hidup yang universal itu diperoleh?” umat manusis dalam peradaaban dan kebudayaaan memang telah berhasil menemukan aturan, nilai dan norma sebagai pedoman dan pegangan hidup, yang berupa agama, filsafat serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan demikian, manusia modern pun berada dalam kondisi yang serba problematis. Harold, H. Titus dan beberapa filosofis dewasa ini, dalam menjelaskan situasi problematis tersebut menyatakan bahwa “filosofis sekarang telah mencapai kekuatan besar tetapi tanpa kebijaksanaan, kita hidup dalam suatu periode yang mirip dengan tahap-tahap terakhir dari kebudayaan Greeko-Romawi, renaissance, reformasi dan revolusi industri dimana terjadi perubahan dalam cara manusia berfikir. Dalam hal ini peraktik, atau terjadi perubahan-perubahan yang menyentuh kehidupan manusia dan masyarakat.[17]
D.    Aspek-Aspek Metodologi Studi Islam
Antara agama dan ilmu pengetahuan masih dirasakan adanya hubungan yang belum serasi. Dalam bidang agama terdapat sifat dogmatis, sedangkan dalam bidanh ilmiah terdapat sikap rasional dan terbuka. Oleh karena itu, aspek sasaran studi Islam meliputi 2 hal yaitu:
4.      Aspek Sasaran Keagamaan
Kerangkka ajaran yang terdapat didalam al-qur’an dan hadits tetap dijadikan sandaran sentral agar kajian keIslaman tidak keluar dan tercerai dari teks dan konteks. Dari aspek sasaran tersebut, wacana keagamaan dapat ditransformasikan secara baik dan menjadikan landasan kehidupan dalam berprilaku tanpa melepaskan kerangka normatif. Elemen dasar keIslaman yang harus dijadikan pegangan:pertama, Islam sebagai dogma juga merupakan pengalaman universal dan kemanusiaan. Oleh karena itu sasaran studi Islam diarahkan pada aspek-aspek praktik dan empirik yang memuat nilai-nilai keagamaan agar dijadikan pijakan. Kedua, Islam tidak hanya terbatas pada kehidupan setelah mati, tetapi orientasi utama adalah sekarang. Dengan demikian sasaran studi Islam diarahkan pada pemahaman terhadap sumber-sumber ajaran Islam, pokok-pokok ajaran Islam sejarah Islam dan aplikasinya dalam kehidupan. Oleh karena itu studi Islam dapat mempertegas dan memperjelas wilayah agama yang tidak bisa dianalisis dengan kajian empiris yang kebenarannya relatif.
5.      Aspek Sasaran Kelimuan
Studi keilmuan memerlukan pendekatan kritis, analitis, metadologis, empiris dan historis. Dengan demikian studi Islam sebagai aspek sasaran keilmuan membutuhkan berbagai pendekatan. Selain itu, ilmu pengetahuan tidak kenal dan tidak terikat kepada wahyu. Ilmu pengetahuan beranjak dan terikat pada pemikiran rasional.
BAB IV
PENGAKHIRAN
A.    Simpulan
  1. Metode adalah langkah-langkah praktis dan sistematis yang ada dalam ilmu tertentu yang sudah tidak dipertanyakan lagi karena sudah bersifat aplikatif. Sedangkan, metodologi adalah tidak lagi sekedar kumpulan cara yang sudah diterima (well received) tetapi berupa kajian tentang metode.
  2. Arti dan lingkup studi Islam. Arti yaitu secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. Sedangkan ruang lingkup studi Islam meliputi:
1)      Sebagai doktrin dari tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolute, dan diterima apa adanya.
2)      Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
3)      Sebagai interaksi sosial, yaitu realitas umat Islam.
  1. Urgensi mempelajari metodologi studi Islam dapat dipahami dan diuraikan sebagai berikut:
1)      Umat Islam saat ini berada dalam kondisi yang problematic
2)      Umat manusia dan peradabannya berada dalam suasana problematic
  1. Aspek-aspek sasaran studi Islam meliputi: aspek sasaran keagamaan dan aspek sasaran keilmuan.
B.     Saran
      Pada era modern seperti sekarang ini, kemajuan ilmu dan teknologi sangat pesat. Seiring dengan itu, permasalahan kehidupan semakin rumit dan membutuhkan pemecahan masalah yang cepat dan tepat; sementara islam hanya digunakan sebagai simbol atau cap saja pada diri seorang muslim, tanpa mempelajari, memahami, menguasai, serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga terkadang seorang muslim merasa dibodohi oleh kemajuan teknologi yang terjadi pada era sekarang ini, dan belum tahu ke mana jalan yang harus dituju serta belum tahu metode yang benar dalam studi islam  itu sendiri sebagai mana telah dibahas.
      Mengingat hal yang demikian itu, maka disarankan kepada semua pihak yang kompeten dalam pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan islam, baik pemerintah, maupun swasta, perguruan tinggi, organisasi islam, dan sebagainya kiranya dapat:
1.      memberikan pelajaran berupa materi-materi dasar tentang studi islam kepada seluruh peserta didiknya, terutama para mahasiswa perguruan tinggi islam baik negeri mupun swasta, mulai awal semester karena kajian materi ini sangat penting, memerlukan pemahaman yang komprehensif, dan memerlukan waktu yang lama untuk menguasaainya.
2.      Para dosen yang mengajar metodologi studi islam diharapkan jangan Cuma menyampaikan silabus atau menerangkan tentang kajian ini, tetapi lebih dari itu, agar beliau menekankan kepada peserta didiknya supaya dapat mempergunakan ilmu ini dengan baik dan dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Para dosen dituntut agar memiliki wawasan yang luas mengenai pemahaman studi islam agar tidak menjerumuskan kepada mahasiswanya kepada jalan yang melenceng dari ajaran agama Islam, serta kurikulum dan silabusnya tentu disesuaikan dengan tingkat kecerdasan dan daya serap anak didik.
C.    Penutup
Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap pembaca yang budiman sudih memberikan kritik dan saran yang membengun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi penulis juga para pembaca yang budiman pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Fanani, Muhyar. 2008. Metode Studi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
____________ .2008. Metode Studi Islam. Aplikasin Sosoilogi Pengetahuan Sebagai          Cara Pandang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Madjid,Nurcholis. 1997. Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan           Indinesia. Jakarta: Paramida.
Muhaimin, at.all. 2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana.
Nasution, Harun. 1994. Metodologi Barat Lebih Unggul. Jakarta: t.p.
Nurhakim,M. 2004. Metode Studi Islam. Malang: Universitas Muhammadiyah        Malang.
Tajib, dkk. 1994. Dimensi-Dimensi Studi Islam. Surabaya: Karya Abditama.
Syauqi Nawawi, Rifaat dkk. 2000. Metodologi Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka         Pelajar.






     [1] Harun Nasution, “Metodologi Barat Lebih Unggul,” (Jakarta: t.p., 1994), hlm. 27.
     [2] Nurcholis Madjid, “Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan Indinesia, (Jakarta: Paramida, 1997), hlm3.
     [3] Rifaat Syauqi Nawawi, dkk, “ Metodologi Psikologi Islam”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 79.
     [4] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm. 66.
     [5] Ibid, hlm.
     [6] Ibid, hlm. 1092.
     [7] ibid, hlm. 51.
     [8] http://kamusbahasaindonesia.org/pengertian.
     [9] http:// carapedia.com/
     [10] http://carapedia.com/pengertian-definisi-metode-menurut-para-ahli-info497.html.
     [11] Muhyar Fanani, Metode Studi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.9.
     [12] Tajib, dkk, Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), hlm.
     [13] M. Nurhakim, Metode Studi Islam, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004), hlm.13.
     [14] M. Nurhakim, Ibid, hlm. 3-4.
     [15] Muhaimin, at.all, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), hlm.1.
     [16] Muhyar Fanani, Metode Studi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm.9.
     [17] Muhaimin, op.cit, hlm 3-8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar