KETELADANAN
DALAM PENDIDIKAN
Keteladanan
dalam pendidikan adalah suatu cara yang ditempuh dalam mendidik dengan jalan
memberi contoh atau teladan yang baik. Dari salah satu riwayat hadits
diceritakan:
1859.
Dari Jarir bin Adbullah berkata, “ Beberapa orang Arab pedalaman datang kepada
Rasulullah dengan mengenakan pakaian dari bulu kambing (pakaian jelek).
Rasulullah melihat keadaan mereka yang menyedihkan dan mereka memerlukan
bantuan, lalu Rasulullah menganjurkan kaum muslimin agar bersedekah. Tetapi mereka
lambat merespon anjuran itu, sehingga kekecewaan tampak pada wajah Rasulullah.
Kemudian
laki-laki Anshar datang dengan memberikan sejumlah uang, lalu disusul orang
lain lagi. Kemudian banyak orang yang menyusul untuk memberikan sedekah,
sehingga keriangan tampak pada wajah Rasulullah.”
Setelah
itu Rasulullah bersabda, “ Barangsiapa memberi teladan yang baik di dalam Islam
lalu diikuti orang lain sesudahnya, maka dicatat untuknya pahala sebanyak yang
diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang
mereka peroleh. Dan barangsiapa memberikan teladan jelek di dalam Islam lalu
diikuti orang lain sesudahnya, maka dicatat untuknya dosa sebanyak yang
diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa yang mereka peroleh
sedikitpun.”[1]
Dari
hadits diatas dapat disimpulkan bahwa teladan yang baik atau buruk akan
mendapat ganjaran yang sama bagi seseorang itu, khususnya dalam pendidikan.
Nabi
Muhammad saw. dibimbing Allah swt. untuk meneladani para Nabi sebelum beliau
setelah Allah mengisahkan kisah mereka pada surat al-An’aam. “Mereka itulah
orang-orang yang telah diberi petujuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk
mereka.” (QS al-An’aam:90). Secara khusus Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya
diarahkan Allah swt. untuk meneladani Nabi Ibrahim as dan pengikutnya dalam
mentaati Allah. “Sesungguhnya pada mereka itu ada teladan yang baik bagi
kalian.” (QS al-Mumtahanah:6).
Teladan
dalam pendidikan harus diperhatikan,
terutama pada pendidiknya sendiri. Karena pendidik mempunyai peranan penting
dalam mendidik peserta didiknya. Apakah diajarkan dengan cara-cara yang baik
ataukah dengan cara-cara yang keras dan kurang tepat bagi peserta didiknya.
Adanya teladan dalam
mendidik dan memandu umat manusia merupakan hal yang berperan penting. Karena
manusia selalu dalam belajar dan tertarik untuk meniru atau belajar dari pihak
lain. Seseorang akan selalu berusaha mengatur tindakan dan perilakunya sesuai
dengan apa yang dilakukan oleh teladan pilihannya. Sebagai agama yang luhur, Islam
senantiasa menginginkan para pemeluknya menjadi umat yang teladan dan menjadi
contoh bagi yang lain. Atas dasar itulah, Al-Quran menyebutkan beragam ciri dan
sifat-sifat manusia teladan yang bisa dijadikan sebagai contoh bagi manusia
lainnya. Dalam surat Al-Hujarat Al-Quran menyatakan bahwa manusia terbaik di
sisi Allah adalah mereka yang mencapai derajat ketakwaan dan menjauhkan dirinya
dari perbuatan tercela.
Dalam surat
Al Ahzab ayat 21 Allah berfirman: “Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada Rasulullah suri teladan yang
baik bagi orang mengharap Allah dan hari kiamat, serta yang berdzikir kepada
Allah dengan banyak.”
Pakar
tafsir az-Zamakhsyari ketika menafsirkan ayat diatas, mengemukakan dua
kemungkinan tentang maksud keteladanan yang terdapat pada diri Rasul itu.
Pertama dalam arti kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua
dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal-hal yang patutu diteladani.
Pendapat pertama lebih kuat dan merupakan pilihan banyak ulama. Kata fii rasulillahi
berfungsi “memngangkat” dari diri Rasul satu sifat yang hendaknya
diteladani, tetapi ternyata yang diangkatnya adalah Rasul saw. Sebdiri dengan
seluruh totalitas beliau.[2]
Rasulullah saw. sebagai
suri teladan yang baik selalu mendahulukan dirinya mengerjakan segala perintah
yang datang dari Allah swt. sebelum perintah
itu disampaikan pada umatnya, demikian pula larangan-larangan Allah swt. ia
senantiasa menjauhinya. Seorang pendidik
harus menjadi teladan yang baik bagi murid-muridnya. Apabila si pendidik
mempunyai sikap yang buruk, lalu bagaimana bisa murid-muridnya menjadi orang
yang baik? Oleh karena itu hendaknya seorang pendidik harus memberikan
contoh-contoh yang baik bagi murid-muridnya. Karena secara otomatis murid akan
mencontoh apa yang gurunya lakukan.
Teladan
yang baik dari seorang pendidik sangat penting dalam dunia pendidikan. Dengan contoh yang baik
seorang anak didik akan termotivasi untuk meniru dan mengikuti perilaku seorang
pendidik. Teladan yang baik pula akan memperlancar tercapainya tujuan
dari proses pendidikan. Misalnya, Seorang murid di TK, dia lebih cepat dalam
menangkap apa yang ia lihat dari pada yang ia dengar. Demikian pula pada pada
anak yang duduk di SD, SMP, SMA dan yang sederajat.
Manusia dalam hidupnya
mempunyai sikap saling ketergantungan dengan manusia lain, demikian pula dalam
belajar, ia banyak dipengaruhi oleh keadaan di sekelilingnya, sehingga Albert
Bandura dalam teori belajar sosial, memandang tingkah laku manusia timbul sebagai
hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.
Adanya keterbukaan seseorang terhadap lingkungannya akan membuka peluang
memperoleh pelajaran sebanyak-banyaknya, begitu banyak yang dapat diamati dan
dipikirkan untuk diambil pelajaran darinya. Teori belajar sosial menekankan
perlunya imitation (peniruan) terhadap proses perkembangan sosial dan moral
siswa. Lewat pengamatan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, seorang anak
dapat menirunya, karena itu teramt penting bagi seorang pendidik, untuk
memainkan peran sebagai model atau tokoh yang menjadi contoh dan diteladani
oleh anak didiknya.[3]
Untuk
menciptakan hubungan yang
baik diperlukan adanya komunkasi yang baik
antara keduanya, baik berupa perkataan maupun tindakan. Tindakan yang
dimaksudkan di sini adalah keteladanan dari seorang guru. Karena dengan teladan
yang baik, anak didik akan lebih mudah untuk percaya terhadap gurunya.
Perlu
disadari secara mendalam, bahwa maksud dan tujuan pendidikan pada hakikatnya
bukan hanya untuk menjadi anak yang pintar, cerdas dari segi intelektualnya.
Akan tetapi yang paling penting dari esensi pendidikan adalah terciptanya
manusia yang bermoral dan berbudi pekerti yang mulia. Berapa banyak orang yang
pintar akan tetapi mereka masih berlaku bejat terhadap dirinya, orang lain dan
bangsa. Kasus korupsi kita dengar terus menerus di berbagai media. Padahal
mereka adalah orang-orang yang cerdas, pintar berkedudukan tinggi. Imam Syafi’i pernah berkata: “pemuda hari ini adalah pemimpin hari esok”. Jika para pendidik
memberikan teladan yang buruk, maka anak didiknya kelak akan menjadi generasi
penerus yang buruk. Jika hal ini tidak
ingin terjadi maka yang harus diperbaiki dan ditingkatkan pertama kalinya
adalah kualitas pendidikannya. Karena pendidikan adalah ibarat akar sebatang
pohon, yang mana jika akarnya mati, maka matilah seluruh cabang-cabangnya, dan
apabila akarnya baik dan sehat, maka cabang-cabangnya akan ikut sehat.
Untuk memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia,
maka pemerintah dan lembaga harus selektif dalam memilih guru. Guru yang
seharusnya dipilih adalah guru yang profesional, yaitu guru yang mempunyai
tingkat kompetensi yang tinggi dan bermoral. tapi yang kedua adalah harus tetap
lebih diutamakan, walaupun antara satu dengan yang lain tidak boleh dipisahkan.
Dengan moral yang baik itu, guru akan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap
amanah yang diembannya. Dengan moral yang baik pula akan nampak dari seorang
guru keteadanan yang baik, sehingga dengan teladan itu seorang murid lebih
tertarik untuk mengikuti apa yang disampaikan oleh gurunya. Apalah artinya
seorang guru itu pintar, cerdas, tapi tidak mempunyai rasa tanggung jawab yang
besar terhadap apa yang ia didik. Pada akhirnya juga dia tidak bisa meaksanakan
tugasnya dengan baik.
Moralitas yang baik itu merupakan sesuatu yang
harus ada pada diri seorang pendidik. karena dia adalah yang akan mempersiapkan
generasi mendatang. Bagaimana dia bisa mentransfer nilai-nilai yang baik, jika
pada dirinya tidak ada nilai-nilai tersebut. Seorang pendidik juga harus mampu
memberikan teladan yang baik bagi anak didiknya. Karena dengan itulah tujuan
pendidikan untuk menciptakan generasi yang bermoral bisa tercapai.
Oleh karena itu, supaya
nilai-nilai mulia pendidikan bisa teraplikasikan dalam
setiap aktivitas sehari-hari, maka hendaknya pendidik bisa memberikan teladan
yang baik kepada mereka. Ini tidak akan pernah terjadi tanpa ada kesadaran pada
diri setiap pendidik baik guru maupun orang tua. Kesadaran ini bisa dibentuk
dengan adanya keinginan-keinginan baik dari seorang pendidik terhadap anak
didiknya.
KESIMPULAN
Keteladanan dalam
pendidikan merupakan hal yang penting
dan harus ditempuh dalam mendidik dengan jalan
memberi contoh atau teladan bagi anak didiknya. Adapun hal-hal yang yang wajib diingat adalah teladan
tersebut dimulai dari pendidik itu sendiri. Karena teladan yang baik akan
memperlancar tercapainya tujuan dari proses pendidikan dan menjadikan anak didik mempunyai
contoh guru yang patut dicontoh.
Oleh karena itu, supaya
nilai-nilai mulia pendidikan bisa teraplikasikan dalam
setiap aktivitas sehari-hari, maka hendaknya pendidik bisa memberikan teladan
yang baik kepada mereka. Ini tidak akan pernah terjadi tanpa ada kesadaran pada
diri setiap pendidik baik guru maupun orang tua. Kesadaran ini bisa dibentuk
dengan adanya keinginan-keinginan baik dari seorang pendidik terhadap anak
didiknya.
DAFTAR PUSTAKA
-
Al-Albani, M.
Nahiruddin. Ringkasan Shahih Muslim. Jakarta: Gema Insani. 2005.
-
Syihab, M. Quraish.
Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan, Keserasian Al-Qur’an. Volume 11. Jakarta:
Lentera Hati. 2002.
-
Syah,
Muhibbin. Psikologi belajar, Cet.
V; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar